Selasa, 19 Juli 2011

SEPASANG SUAMI ISTRI SENANG SEKALI MENGENAKAN PAKAIAN JAWA

24 tamu


Pengalungan bunga kamboja.





Tamu paling muda.



Tour Leader, Mr. Christof Jezek.


Menuju ke rumah bapak Marsito.


Melihat daftar nama-nama mereka di papan pengumuman.


Menuangkan minuman ke dalam sloki.



Toast.



Melihat liputan tentang kampung Dipowinatan
oleh salah satu TV Ceko, yaitu Babilon.



Mengenakan pakaian tradisional jawa.






Bapak Sigit Istiarto sedang memakaikan kebaya.









Berjalan menuju ke Ruang Publik.


Melihat foto dari tamu-tamu sebelumnya.




Tari Golek Ayun-ayun.



Stan pakaian jadi.


Sambutan dari Koordinator Dipowisata.


Eksibisi mengendang.


Tamu pun ikut mengendang.


Sambutan dari wakil rombongan.


Mengabadikan suaminya yang sedang memberikan kesan dan pesan
setelah berkunjung ke kampung Dipowinatan.


Pemberian souvenir.


Penuh persahabatan.



Foto bersama penari.





Melihat foto tamu-tamu sebelumnya.


Menyusuri jalan kampung Dipowinatan.



Blusukan




Pada hari kamis, tanggal 14 Juli 2011, kami kedatangan tamu sebanyak 24 orang. Mereka ini dibawa oleh Mr. Christof Jezek, tour leader muda dari Republik Ceko yang sudah 3 kali membawa rombongannya masuk ke kampung Dipowinatan.

Begitu sampai di depan Balai RW, mereka disambut dengan pengalungan bunga kamboja oleh Ketua Dipowisata, bapak Sigit Istiarto. Mereka kelihatan senang mendapat sambutan seperti itu. Beberapa kali kamera dibidikkan ke arah temannya yang sedang dikalungi bunga. Suasana benar-benar meriah.

Kali ini ada acara nasdrafi, yaitu tradisi penyambutan tamu ala negeri Ceko. Mereka disuguhi minuman persahabatan yang dituangkan di dalam gelas kecil (sloki). Sebelum diminum, mereka menyayikan sebuah lagu pendek yang bernada heroik. Setelah selesai menyanyi, mereka melakukan toast (menyentuhkan gelas yang dipegangnya ke gelas teman-temannya yang ada di sekelilingnya). Penyambutan ini dilakukan secara tertutup di rumah bapak Ir. Marsito Merto.

Kali ini ada sepasang suami-istri yang ingin sekali mengenakan pakaian tradisional jawa. Yang laki-laki mengenakan surjan berwarna merah bata dengan blangkon berwarna dominan merah juga. Untuk kainnya tidak ada masalah, tapi karena perutnya terlalu besar, maka ikat pinggang/timang harus dikenakan dengan tambahan 2 buah peniti. Tak apalah, yang penting mereka bisa mengenakan pakaian jawa. Ketika keluar dari kamar, teman-temannya yang duduk di ruang tamu terkagum-kagum dan memberi tepuk tangan yang cukup meriah: "Bravo.....bravo....". Bak seorang peragawan, bapak ini kemudian berjalan mengelilingi teman-temannya sambil sesekali memutar badannya ke kiri dan ke kanan.

Istrinya kemudian giliran didandani oleh bapak Sigit Istiarto. Dia mengenakan kebaya brokat berwarna putih dan kain panjang. Begitu selesai, ibu ini segera begegas menuju ke kamar yang ada kacanya. Di depan kaca almari, dia terkagum-kagum melihat penampilan barunya. Ibu ini kemudian didatangi suaminya. Jadilah sepasang suami-istri ini mengenakan pakaian tradsional jawa. Suasana menjadi bertambah meriah dan berkali-kali mendapat tepuk tangan. Sesampainya di teras rumah, pasangan suami-istri ini kemudian berciuman mesra seperti layaknya pasangan yang baru menikah. Lalu dipotret oleh teman-temannya yang ada di luar.

Acara selanjutnya, di ruang publik. Sembari duduk dan melihat tari golek ayun-ayun, para tamu disuguhi makanan tradisional, aqua botol, dan teh manis. Sebelum meninggalkan ruang publik, salah satu tamu diminta untuk memainkan gendang yang telah disediakan di atas panggung dan menyampaikan pesan dan kesannya setelah mengunjungi kampung wisata Dipowinatan.