Jumat, 02 November 2012

SEGO KETAN

Salah satu penilaian bagi para peserta pemilihan Dimas Diajeng Yogyakarta 2012 adalah mengadakan kegiatan nyata di masyarakat. Para peserta dibagi dalam 3 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 10 - 15 orang. Kemudian mereka menentukan lokasi dan kegiatannya yang akan dilakukan.

Khusus untuk kelompok 3, mereka memilih kampung wisata Dipowinatan sebagai ajang kegiatan sosialnya. Kampung ini dikenal sebagai kampung Ceko karena banyak wisatawan dari Republik Ceko yang datang ke kampung ini untuk mengenal adat-istiadat budaya Jawa. Menyusuri jalan-jalan di kampung/ blusukan, berkunjung ke rumah penduduk, membeli suvenir, dan berinteraksi dengan warganya. Pada waktu tertentu bisa menyaksikan upacara adat jawa mulai dari sejak bayi lahir, kitanan, pernikahan sampai pemakaman.

Blusukan menjadi salah satu acara yang ada di dalam agenda mereka. Tetapi utamanya adalah: Pertunjukan dan Workshop Wayang Gaul, serta Pertunjukan Seni. Kegiatan ini diberi nama: 'SEGO KETAN', singkatan dari Sesareangan Golek Ilmu Lan Ketrampilan Ing Dipowinatan. Untuk memeriahkan acara ini, mereka mengajak anak-anak dari panti asuhan dan murid-murid sekolah luar biasa (SLB). Jumlah pesertanya sekitar 100 orang.

Jalan masuk ke kampung Dipowinatan memang tidak terlalu lebar, tetapi kalau sudah sampai di depan Balai RW, ada 2 tempat yang cukup luas, yang bisa dipakai untuk berkegiatan oleh masyarakat, yaitu di Balai RW beserta dengan halamannya dan Ruang Publik beserta dengan panggungnya. Pada waktu itu kebetulan ada 2 acara yang hampir bersamaan, yaitu pada tanggal 1 September 2012 ada Syawalan RW 01 yang menggunakan halaman Balai RW. Sedangkan esoknya, pada tanggal 2 September 2012, di sisi selatannya, di Ruang Publik, digunakan oleh para dimas-diajeng untuk menggelar acara 'Sego Ketan'-nya.

Pada hari minggu, tanggal 2 September 2012, sekitar pukul 13.00, di sekitar ruang publik sudah mulai didatangi para warga, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Bagi yang mempunyai usaha kerajian dan kuliner sudah menggelar dagangannya lebih awal lagi. Pukul 13.30 anak-anak dari panti asuhan dan murid-murid SLB mulai memasuki halaman ruang publik untuk diberi pengarahan oleh panitia.

Pukul 14.00 anak-anak sudah mulai diajak blusukan/ jalan-jalan menyusuri jalan kampung dan melihat kegiatan sehari-hari warga. Uniknya, di wilayah RW 02, di RT 06 dan 07 rata-rata rumah para warga di sini masih banyak yang menggunakan bambu dengan bentuk rumah yang bermacam-macam. Hal ini justru menjadi salah satu daya tarik bagi para wisatawan dari mancanegara.

Setelah blusukan, mereka melihat pertunjukan seni di ruang publik, termasuk pertunjukan wayang gaul. Pertunjukan wayang ini berisi petuah-petuah yang sangat baik untuk perkembangan mental anak-anak. Dan iringan musiknya bukan dengan gamelan tetapi dengan electone. Kemudian dilanjutkan dengan workshop pembuatan wayang dari kardus, diwarnai, dan dilombakan.

Poster kegiatan 'Sego Ketan'
Salah satu sponsor yang ikut berpartisipasi
Seorang anak mencoba bercermin
Kerajinan tas
Pendaftaran peserta
Pertunjukan musik
Jajanan Pasar
Tamu dari mancanegara
Suasana kegiatan di ruang publik
Ketua kampung memberikan sambutannya
Pembukaan acara ditandai dengan ditancapkannya gunungan
Tarian dari murid TK Pamardi Siwi Dipowinatan
Melihat bagian dalam Pendopo Pamomong
Mencicipi peyek kacang hijau
Blusukan
Melihat pembuatan kursi rotan
Para murid TK ikut menyusuri jalan kampung
Wayang dari kardus
Wayang setengah jadi dan sudah jadi
Bapak Tertib Suratmo, pembuat wayang kardus
Pembuatan arem-arem
Pertunjukan wayang gaul
Musik pengiring wayang gaul
Mewarnai
Menggunting kertas
Bersemangat mewarnai
Hasil karya para peserta lomba
Para pemenang
Dimas-diajeng kelompok 3
Tanggal 2 September 2012 para Dimas-Diajeng kelompok 3, mengadakan kegiatan bakti sosial masyarakat di kampung Dipowinatan. Tanggal 25 September 2012 diumumkan para pemenang lomba Dimas Diajeng Yogyakarta 2012. Dan yang cukup menggembirakan bagi kami adalah pemenang pertama dan keduanya adalah mereka yang telah melakukan kegiatan bakti sosialnya di kampung Dipowinatan. Selamat..!






Selasa, 30 Oktober 2012

KEDATANGAN TIM AHLI ARKEOLOGI DARI JEPANG

Dipowinatan merupakan salah satu tempat yang dikunjungi oleh tim ahli arkeologi dari Jepang, selain Kotagede, Tamansari, dan Kadipaten. Mereka ingin melihat beberapa tempat bersejarah atau bangunan kepurbakalaan yang ada di beberapa kampung wisata di kota Yogyakarta,. Satu rombongan yang berjumlah 6 orang ini merupakan tamu dari (UGM) Universitas Gadjah Mada. Di kampung Dipowinatan sendiri ada sebuah bangunan bersejarah dan sudah berumur lebih dari 100 tahun, yaitu Ndalem Joyodipuran. Bangunan ini dulunya dipakai sebagai tempat diadakannya Konggres Perempoean Indonesia yang pertama kali, yaitu pada tanggal 22-25 Desember 1928. Sekarang bangunan ini telah ditetapkan sebagai cagar budaya, di bawah pengelolaan Dinas Kebudayaan. Dan sehari-hari dipakai sebagai kantor BKSTN (Balai Kajian Sejarah dan Nilai-nilai Tradisional).

Sebelum memasuki halaman Ndalem Joyodipuran, rombongan tim ahli dari Jepang, yang didampingi seorang dosen dari UGM dan seorang pemandu wisata ini disambut oleh Bergodo Diposatrio. Beberapa kesatria yang mengenakan seragam lurik dan membawa tombak. Sebagian lagi memainkan alat musik untuk mengantar rombongan sampai ke tangga masuk Ndalem Joyodipuran. Di sini mereka kemudian disambut oleh kepala kantor BKSTN.

Bergodo Diposatrio
Disambut ketua Dipowisata, Bapak Sigit Istiarto
Di dalam ruang pertemuan, mereka saling bertukar pengalaman, wawasan, dan pengetahuan tentang bangunan bersejarah dan kepurbakalaan. Setelah selesai pertemuan, rombongan ini kemudian diajak mengelilingi kampung Dipowinatan untuk melihat adat-istiadat/ kehidupan keseharian warga, serta beberapa potensi wisata yang ada di kampung ini.

Suasana pertemuan di Ndalem Joyodipuran
Foto bersama di depan ruang pertemuan
Diantar memasuki kampung oleh Bergodo Diposatrio
Sekilas Dipowisata yang diterjemahkan oleh pemandunya.
Ketua rombongan diajak mencoba menabuh kendang
Melihat pembuatan kursi rotan
Melihat Batik Prodo
Berbagai macam hasil kerajinan tas
Terpana melihat bangunan Cere Ganthet di RW 02
Istirahan siang di Pendopo Pamomong
Sajian masakan tradisional
Makan siang di Pendopo Pamomong
Bersiap meninggalkan kampung Dipowianatan

Senin, 29 Oktober 2012

MELIHAT LATIHAN MUSIK DI KANTOR DIPOWISATA


Pada jum'at, tanggal 13 Juli 2012, kami kedatangan satu keluarga dari Republik Ceko, yaitu seorang bapak dengan 2 orang putranya. Mereka datang tanpa kami ketahui sebelumnya, sehingga hal ini merupakan suatu surprise/ kejutan bagi kami semua. Pada malam itu, kami sedang dibimbing oleh 3 mahasiswa dari ISI (Institut Seni Indonesia), diantaranya adalah saudari Setia dan Puri. Mereka sedang menempuh program P3Wilsen, semacam Praktek Kerja Lapangan (PKL) di 4 kampung, termasuk kampung Dipowinatan, selama 1 bulan. Kebetulan pada malam itu ada dosen pembimbing mereka, yaitu bapak Harjono.

Salah satu anaknya tertarik untuk memainkan beberapa alat musik gamelan, seperti: kendang, saron, dan gong. Sedangkan kakaknya hanya tersenyum, mengamati, dan sesekali memotret adiknya.

Meskipun sudah berusia lanjut tetapi masih bersemangat
Dibimbing oleh 3 mahasiswa dan seorang dosen
Membacakan notasi
Sambutan selamat datang
Anak pertamanya lebih suka memotret
Mencoba menabuh kendang
Diajari caranya mengendang
Bisik-bisik
Mencoba membunyikan gong
Foto bersama
Setelah dirasa cukup, kami mengantar mereka kembali ke Hotel Melia Purosani dengan 3 buah sepeda motor. Sebuah pengalaman yang cukup/ menarik unik bagi mereka dengan membonceng sepeda motor menyusuri jalan raya.