Rabu, 20 April 2011

KUNJUNGAN 20 TURIS KE KAMPUNG DIPOWINATAN DAN CANDI BOROBUDUR


Between Two Flags,


Kamboja Flower,


Kamboja Necklaces,


Pengalungan Bunga Kamboja,


Bapak Bisri dari Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta,


Ketua Dipowisata, Bapak A. Sigit Istiarto,


Sesepuh kampung, Bapak E. Syamsubani,


Bendahara, Ibu Dra. Winarsih,


Kostum penari menarik para tamu,


Salah satu sisi di dalam kantor Dipowisata,


Kantor Dipowisata,




Ketua Dipowisata, Bapak A. Sigit Istiarto
sedang menerangkan seluk-beluk pendopo,






Menikmati Makanan Tradisional,




Menikmati Pertunjukan Tari Gambyong,




Membagikan Souvenir Kepada Para Tamu,


Sambutan Dari Tour Leader, Mr. Krystof Jezek,


Seusai Menari,


Intermezzo......,


Meninggalkan Pendopo Pamomong,




Meninggalkan Dipowinatan,


Kembali ke dalam bus,


Di Dalem Agung Palagan disambut oleh
Bapak/Ibu Mardiyanto selaku pemilik
Guest House dan Resto,


Makan Siang,


Teras Kamar Penginapan,


Meninggalkan Dalem Agung Palagan,




Tour Leader, Mr. Krystof Jezek,


Di ruang pembelian tiket disediakan minuman
teh, kopi, dan aqua botol kecil secara gratis,


Wajib memakai kain penutup,






Dengan latar belakang Perbukitan Menoreh,




Melihat relief di kaki candi,


Take Photos,


Salah satu relief di dinding candi,


Menyusuri Lorong Candi,




Conservation Work,


Stupa Candi Borobudur,


Candi Borobudur,


Prasasti penghargaan bagi negara-negara
yang telah berjasa karena telah ikut serta
membiayai pemugaran Candi Borobudur,


Meninggalkan kompleks Candi,


Candi Mendut,



Pada hari senin, tanggal 18 April 2011, sekitar pukul 11.15 WIB, kampung Dipowinatan kedatangan 20 turis dari Republik Ceko yang dipimpin oleh Mr.Krystof Jezek. Tetapi sebelum ke Dipowinatan, mereka terlebih dahulu mengunjungi Candi Prambanan dan Kraton Yogyakarta.

Setibanya di ruang publik kampung Dipowinatan, masing-masing anggota rombongan memperoleh pengalungan bunga (kamboja), sebagai tanda penghormatan dan ucapan selamat datang di kampung kami.Yang mendapat kesempatan untuk mengalungkan bunga, yaitu: Bapak Bisri dari Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, Bapak Syamsubani, Ibu Winarsih, Bapak A. Sigit Istiarto,dan Mbak Sri Purwanti (penari). Mereka kelihatan sangat senang mendapatkan penghormatan seperti ini.

Selanjutnya, mereka melihat-lihat bagian luar dan dalam kantor Dipowisata. Tentunya secara fisik tidak terlalu istimewa. Yang terlihat hanyalah sebuah kesederhanaan: bangunannya tidak begitu luas, hanya berukuran 2x4 meter, dinding batako, dan bagian depan hanya terbuat dari gebyok papan kayu yang bisa dilepas-pasang. Tetapi kami tidak berkecil hati karena di dalamnya sarat dengan bebagai macam kegiatan dan penghargaan. Hal ini bisa dlihat dari dokumentasi foto-foto kegiatan yang tertempel di dinding kantor, piagam, piala, brosur-brosur, dan arsip-arsip laporan kegiatan yang telah dilakukan. Dan pada tahun 2011 ini, Kampung Wisata Dipowinatan terpilih menjadi salah satu dari beberapa kampung wisata yang mendapat bantuan PNPM Pariwisata. Hal ini membuktikan bahwa kegiatan pariwisata di kampung kami ini telah mendapat perhatian dan kepercayaan dari pemerintah.

Setelah dari kantor Dipowisata, kemudian menuju ke Pendopo Pamomong, sebuah bangunan tradisional dengan arsitektur jawa yang sarat makna. Di tempat ini para tamu bisa duduk santai dan makan makanan tradisional, sambil melihat pertunjukkan tari gambyong (adakalanya tari golek atau tari klasik jawa lainnya). Para tamu kelihatannya sangat menikmati. Sebelum pulang, sebagai ucapan terima kasih, para tamu kami beri hadiah kenang-kenangan (tas dari kertas daur ulang) yang di dalamnya berisi souvenir, brosur, dan kalender.

Acara selanjutnya adalah makan siang di Dalem Agung Palagan, yang beralamatkan di jalan Palangan Tentara Pelajar No. 99, Sleman, Yogyakarta (sebelah utara Monumen Jogja Kembali). Tempat ini sebenarnya adalah rumah pribadi mantan Gubernur Jawa Tengah/ mantan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, Bapak Mardiyanto. Tetapi karena beliau kini sudah pensiun, tempat ini kemudian direnovasi di sana-sini dan digunakan sebagai penginapan/ guest house, sekaligus Cezch House.

Pukul 15.00 WIB, rombongan melanjutkan perjalanan ke Candi Borobudur di Jawa Tengah, yang berjarak sekitar 40 km dari Kampung Wisata Dipowinatan. Waktu tempuh menjadi agak sedikit lama, karena ada antrean kendaraan di sekitar jembatan Pabelan. Jalan yang seharusnya 2 jalur, kini tinggal 1 jalur. Karena beberapa minggu sebelumnya, sekitar pukul 18.00 WIB, jembatan lama yang sejajar dengan jembatan baru di lokasi ini runtuh karena tiang jembatan lama roboh diterjang banjir lahar dingin gunung Merapi.

Kami tiba di kompleks Candi Borobudur sekitar pukul 16.00 WIB. Matahari masih bersinar cukup cerah, sehingga masih cukup bagus untuk pemotretan dengan latar belakang candi. Sebelum naik, di ruang tunggu kami diminta memakai kain batik yang sudah disediakan untuk dililitkan di pinggang sampai sebatas lutut. Dulu kain ini hanya dipakai oleh mereka yang memakai rok mini atau celana yang cukup pendek. Tetapi sekarang tidak ada perbedaan antara satu dengan yang lainnya, semua wajib memakai kain penutup tambahan ini. Dan tak lupa, kamipun harus melewati metal detector demi alasan keamanan. Tak apalah.

Begitu melihat candi dan sekeliling candi (termasuk latar belakang perbukitan Menoreh), mereka sering berdecak kagum: 'krasny', yang artinya 'indah'. Sayangnya, rombongan tidak bisa sampai ke puncak candi karena begitu sampai di lantai tujuh ada pengumuman kalau lantai 8 sampai dengan lantai 10 sedang dilakukan perawatan dan perbaikan (konservasi).

Setelah puas, kami semua pun pulang dengan membawa sejumlah kenangan yang tak terlupakan.


Memasuki Kampung Wisata Dipowinatan.



Menyaksikan Tari Gambyong.



Makan Siang,



Dalem Agung Palagan.



Melihat Candi Borobudur.



Kembali Ke Hotel Melia Purosani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar