Selasa, 12 Juli 2011

KEDATANGAN SISWA-SISWI CEKO KE KAMPUNG DIPOWINATAN


Mereka memperagakan tarian tradisional Ceko
(Tari Polka)




Sambutan selamat datang dari Bapak Ir. Marsito Merto


Memilih makanan tradisional yang disajikan.



Tari Golek Ayun-ayun yang diperagakan oleh mbak Dita.




Belum pernah makan lombok, beginilah jadinya.



Foto bersama dengan penarinya.


Atraksi pembuatan lumpia.


Mencicipi lumpia yang telah matang.


Membeli kaos.


Membeli blus.


Membeli wayang kertas, punokawan.


Bapak Warsito memperagakan cara memainkan wayang.


Atraksi pembuatan batik prodo.


Berinteraksi dengan warga Dipowinatan.


Ucapan terima kasih dari guru mereka.


Sama-sama berambut punk.




Mengunjungi TK Pamardi Siwi.



Meneruskan perjalanan ke tempat wisata lainnya.


Kenang-kenanganan dari SMP Budi Mulia Dua kepada Dipowisata.


Dengan diantar guru-guru dari SMP Budi Mulia Dua, murid-murid dari Republik Ceko ini berkunjung ke kampung wisata Dipowinatan (Dipowisata). Ini merupakan pertukaran pelajar antara Indonesia dengan Ceko. Tahun lalu, sekitar 25 pelajar dari Indonesia berkunjung ke Republik Ceko. Dan sebelum berangkat, mereka tampil di depan panggung dan menunjukan kebolehannya di depan para turis Ceko yang kebetulan sedang berkunjung ke Dipowinatan.

Pertama-tama, siswa-siswi dari Ceko ini menunjukkan tarian tradisional, yaitu tari polka. Tarian ini menggambarkan kegembiraan di kalangan muda-mudi. Ada 4 pasangan. Tiga pasang tampil di bawah panggung, sedangkan satu pasang lagi di atas panggung serta mengenakan pakaian tradisional mereka. Tarian ini membutuhkan ruang yang cukup luas karena masing-masing dari pasangan ini berdansa sambil berputar-putar kesana-kemari.

Setelah selesai, mereka duduk di kursi merah, meja bulat dengan payung di atasnya (hasil dari dana bantuan PNPM Mandiri Pariwisata 2011). Di atas meja ini telah disediakan berbagai makanan tradisional dan beberapa botol aqua. Sambil duduk santai, mereka kini menikmati tarian tradisional jawa, yaitu tari golek ayun-ayun, yang dibawakan oleh mbak Dita. Mereka tampak terpesona melihat tarian ini.

Di sisi kiri ruang publik tampak berbagai macam kegiatan, yaitu atraksi pembuatan batik prodo, penjualan pakaian, dan pembuatan serta penjualan wayang kertas. Sedangkan di sisi kanan dekat panggung terdapat atraksi pembuatan lumpia. Tidak hanya anak perempuan saja yang tertarik untuk membeli baju, tetapi ada juga anak laki-laki yang membeli kaos yang bertuliskan 'jogja othel'. Harganya tidak terlalu mahal untuk ukuran kantong mereka. Tidak heran kalau seorang ibu yang menyertai anaknya dalam rombongan ini membeli sebuah daster.

Wayang kertas hasil karya bapak Tertib Suratmo ternyata cukup banyak menarik perhatian anak-anak Ceko. Hal terbukti dengan dibelinya beberapa wayang oleh anak-anak. Misalnya, wayang werkudoro dan punokawan: gareng, petruk, bagong,dan semar.

Pembuatan lumpia, menarik perhatian para siswi dan ibu guru mereka. Dan ketika ada beberapa lumpia sudah matang, mereka pun mencoba untuk mencicipinya. Kelihatannya mereka sangat menyukainya. Bahkan salah seorang pengajar dari SMP Budi Mulia Dua memesan untuk acara hajatan kecil di rumahnya.

Dengan kehadiran para tamu dari mancanegara ke kampung Dipowinatan ternyata telah mendatangkan banyak manfaat bagi semua pihak. Warga yang menjual pakaian dan hasil kerajinan bisa mendapatkan pemasukan yang cukup lumayan setelah barang-barang dagangannya laku terjual. Warga lain, yang membuat lumpia, kemudian mendapat pesanan/ order setelah ikut berpartisipasi pada acara ini.

Setelah dari ruang publik, siswa-siswi ini kemudian mengunjungi TK Pamardi Siwi. Tap karena sudah lebih dari jam 10 pagi, maka hampir semua siswa-siswinya sudah pulang ke rumah. Meskipun begitu, mereka msih bisa melihat ruang kelas dan apa saja yang diajarkan di taman kanak-kanak ini. Yang paling menarik adalah ketika di salah satu papan tulis ada pelajaran bahasa inggeris. Memang sejak dini, para murid di TK ini diberi pelajaran bahasa inggeris sebagai mata pelajaran ekstrakurikuler. Ada seorang siswa dari Ceko yang berpura-pura menjadi guru dan ketiga temannya menjadi muridnya. Sungguh pemandangan yang lucu.

Karena sudah dikejar jadwad kunjungan yang cukup padat ke tempat-tempat wisata lainnya, maka siswa-siswi dari Ceko ini pun kemudian meninggalkan kampung Dipowinatan, tentunya dengan segudang kenangan.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar